Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Mengenal 7 Rumpun Suku Dayak di Pulau Kalimantan

Gambar
Suku Dayak merupakan salah satu suku besar di Indonesia, suku ini dikenal karena keramahan serta dedikasinya dalam melestarikan alam di pulau Kalimantan. Pada awalnya kata Dayak yang memiliki arti orang-orang yang berasal dari Hulu Sungai atau yang tinggal di bukit, hanya merupakan sebutan kolektif dari orang Inggris & Melayu bagi suku-suku asli yang mendiami pulau Kalimantan/Borneo. Seiring berjalannya waktu istilah tersebut akhirnya dipakai sebagai identitas yang mempersatukan berbagai sub-suku yang ada di sana. Secara umum, suku Dayak dapat dikategorikan menjadi 7 rumpun suku berdasarkan asal daerahnya. Dari ketujuh daerah tersebut, terdapat 405 sub-suku dengan bahasa yang berbeda satu sama lain. Selain bahasa yang berbeda, dialek atau logat untuk satu bahasa yang sama juga bisa sangat beragam jika berbeda kampung. Untuk itu Hipwee akan membahas 7 rumpun suku Dayak yang ada di Kalimantan berdasakan kemiripan budaya serta asal daerahnya. 1. Dayak Ngaju Dayak Ngaju (Biaju) merupak

41 Macam Wadai Khas Banjar

Gambar
Wadai atau bahasa indonesia nya kue atau bisa juga disebut jajanan pasar. Nah di Kalimantan selatan tempat saya berasal Makanan yang saya rekomenin kalau berkunjung atau berlibur ke banjarmasin jangan hanya mencoba soto banjar, Kalsel juga mempunyai wadai khas yang memiliki jenis varian 41 macam. Bingka, Bingka barandam, Kararaban, Kikicak, Bulungan hayam, Kelalapon, Cingkarok batu, Wajik, Apam, Undi-undi, Untuk-untuk, Sarimuka, Wadai balapis, Cincin, Cucur, Lamang, Cakodok, Gaguduh, Ronde, Ilat sapi, Garigit, Sasagun, Lupis, Pais pisang, Hintalu karuang, Wadai satu, Gincil, Katupat balamak, Bubur sagu, Serabi, Putri salat, Patah, Pais sagu, Pais waluh, Dadar gulung, Agar-agar habang, Wadai gayam, Amparan tatak, Pundut, Ipau, Gagatas. Jika anda tertarik dan ngiler dengan wadai-wadai itu, anda bisa berkunjung pada Pasar Wadai Ramadhan  yang diadakan setiap bulan Puasa, disana anda akan menemukan sebagian besar kue tersebut.

Tarian Dayak Maanyan Pukau Penonton

Gambar
Pertunjukan tari Wadian Dadas Baro dan tari Bulat khas Dayak Maanyan dari Kalimantan Tengah. KabarBanjarmasin/Maulida   Pergelaran seni dan budaya memiliki arti penting dan strategis dalam menjaga dan mewariskan seni dan budaya pada generasi penerus. “Untuk itu Taman Budaya Kalsel berkomitmen dan bertekad untuk terus mengembangkan serta melestarikan kebudayaan multi etnis yang ada di Kalsel, terlebih dalam menghadapi globalisasi, eksistensi terhadap kesenian tradisional perlu dipacu dan diberi ruang serta terus dipromosikan untuk mere¬dam berbagai tantangan, tekanan maupun pengaruh negatif budaya asing yang berpotensi mengikis budaya asli," ujar Kepala Taman Budaya Kalsel, Fahrurazie, Sabtu (25/3/2017). Pertunjukan seni bertema Gelar Seni Budaya Sebagai Perekat Kerukunan Merajut Kebersamaan Keberagaman Budaya di Gedung Kesenian Balairung Sari menampilkan kesenian dari tujuh etnis yang ada di Kalimantan Selatan, yaitu Banjar, Dayak, Minahasa, Tionghoa, Jawa, Sunda dan Bali. Penampi

Aruh Buntang Adat Dayak Maanyan

Gambar
Rumah Padir Luit di Desa Warukin, Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, pekan kedua Juli lalu menjadi pusat perhatian warga. Saat itu di rumah kayu berukuran 10 x 10 meter tersebut digelar prosesi langka etnis Dayak Maanyan yang disebut aruh buntang atau mambuntang. Buntang adalah salah satu tahapan penting dalam perjalanan hidup masyarakat Dayak Warukin terkait dengan kematian. Aruh (upacara) itu bertujuan mengangkat arwah orang yang meninggal dari alam kubur ke alam roh yang penuh kesempurnaan sekaligus menjadi simbol bakti, hormat, dan tanggung jawab keluarga dan warga terhadap mendiang. Kali ini warga menggelar prosesi bagi mendiang ayah dan kakak Padir Luit. Ritual itu sebenarnya bagian dari religi Hindu Kaharingan yang dianut sejumlah suku Dayak, tetapi Padir yang menganut agama Katolik tetap menjalankannya. Dalam ruang tengah rumah Padir disusun beberapa altar sesaji yang berisi beras, kelapa, gula merah, ayam kampung, telur, lemang, ketupat, semangka, pinang,

Upacara Kematian dalam Suku Dayak Maanyan

Gambar
AAA  –  Kematian bagi setiap orang sungguh mengerikan, menyedihkan dan menakutkan sebab harus berpisah dengan kaum keluarga yang dicintai dan disayangi. Namun semua harus diselesaikan sesuai adat dan rukun kematian itu sendiri. Meskipun yang meninggal karena karam atau mati di negeri lain, upacaranya tanpa jasad tetapi sudah cukup dengan pakaian, rambut atau kuku si mati. Upacaranya disesuaikan dengan kemampuan keluarga, meskipun semua pekerjaan maupun biayanya didapat dari sumbangan dan bantuan seluruh keluarga bahkan oleh penduduk kampung. meskipun semua pekerjaan maupun biayanya didapat dari sumbangan dan bantuan seluruh keluarga bahkan oleh penduduk kampung. Upacara kematian yang lengkap disebut Marabia, Ijambe dan Ngadaton untuk tingkat terhormat. Harus dilaksanakan secara lengkap menurut adat agar sampai ke Datu Tunyung (sorga). Bila tidak arwah atau adiau bisa gentayangan tidak sampai ke tempat tujuan. Balian atau Wadian Matei sangat berperan memanggil, mengantar dan menunjuk ja

Mengenal dayak maanyan

Gambar
Mengapa Orang Dayak di kira orang China? Mengapa orang Dayak Maanyan cenderung lebih dekat dengan suku Banjar ketimbang dengan Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah? Saya mencoba menguraikan sedikit tentang suku Dayak Maanyan. Tulisan ini saya kutip dari berbagai sumber. Suku Bangsa Dayak tersusun dari berbagai macam sub Suku Bangsa Dayak. Padahal jika ditilik dari asal usulnya, Suku Bangsa Dayak awalnya berasal dari rumpun yang sama. Keadaan  geografis dan proses penyesuaian alam, menjadi penyebab tercerai-berainya Suku Bangsa  Dayak menjadi ratusan sub Suku Bangsa Dayak. Dilihat dari asal usul, Suku Bangsa Dayak berasal dari daratan Asia yang bermigrasi secara besar-besaran sekitar tahun 3.000-1.500 SM. Para imigran tersebut berasal dari Propinsi Yunan, Cina Selatan. Mereka mengembara ke Tumasik (Singapura) dan Semanjung Melayu dan akhirnya di Borneo (Kalimantan), Indonesia. Sebagian imigran lain memilih “pintu masuk” melalui Hainan, Taiwan, dan Filipina. Pada “gelombang pertama” imigran